Saya dibesarkan dalam lingkungan yang sebagian warganya orang mampu. Karena hampir tiap rumah ada yang bekerja di luar negeri atau memang keturunan orang mampu meskipun ga ada yang ke luar negeri. Dan sebelum emak kerja ke luar negeri, keluarga kami termasuk keluarga pas-pasan. Bapak sebagai tukang bangunan dan emak sebagai tukang jahit. Yang kadang-kadang harus mogok ga mau sekolah gara-gara belum punya uang buat bayar SPP. Dan sering tak mendapatkan sesuatu yang kami inginkan.
Saya masih ingat, waktu masih TK nol kecil (4 tahun). Anak-anak seumuran saya dibelikan sepeda roda 3. Saya dan adek ikut merengek minta dibelikan sepeda baru roda 3. Tapi, bukannya dibelikan malah dimarahi. Sempat nangis juga karena tidak bisa naek sepeda seperti teman-teman. Dan seakan orang tua tak memperdulikan rengekan kami.
Dilain hari, tiba-tiba bapak membawa sepeda roda 3 yang masih bagus tapi sudah karatan untuk kami. Melihat kondisi sepeda yang sudah karatan, apakah kami protes?? Tidak. Kami gembira sekali, meskipun hanya naik sepeda bekas dan tidak sebagus punya teman-teman. Sepeda itu kami pakai boncengan. Saya di depan dan adek di belakang. Setelah saya besar, saya baru tahu dari emak kalau sepeda itu lusuran dari anaknya mbah guru (sebutan untuk adeknya nenek saya). Yang sudah bertahun-tahun ga dipakai makanya karatan. Arrrrgh....Ternyata dibalik kerasnya bapak saya, tersimpan perhatian dan kasih sayang yang begitu besar buat kami.
Pernah juga waktu kelas 1 SMP, emak sudah kerja di Arab. Waktu itu saya minta meja belajar olimpic yang harganya 100ribu. Sudah tawar menawar di toko mebel, tapi bapak saya pulang tanpa membawa apa-apa. Alasannya apa?? Bapak saya minta diskon 2 kursi plastik dan tokonya ga ngasih. Sempat geregeten juga sama bapak saya. "Bapak pelit, punya uang ga mau belikan meja olimpic". Itu yang ada dalam hati saya.
Tapi beberapa hari kemudian, paklik saya datang membawa triplek dan kayu. Lalu dibuat meja belajar panjang dan ada lemarinya 2 rak. Kata paklik saya "nach sudah jadi meja belajar khan? Panjang pisan, kalau belajar bisa bareng ga usah rebutan". Kami manggut-manggut "oh iya ya, kalau meja olimpic khan harus gantian belajarnya??". Ternyata bapak memberikan apa yang kami butuhkan, bukan apa yang kami inginkan. Dan waktu saya nikah kemarin, beliau membelikan hadiah meja rias buat saya. Hikz
Sering sekali kami (yang sering sich saya) dibiarkan nangis klesetan ketika beliau benar-benar tak punya uang untuk membeli barang yang kami inginkan. Kesannya ga peduli gitu lho. Tapi begitulah cara beliau mendidik kami. Bukan berati beliau ga menyayangi kami, melainkan untuk mendidik kami agar tidak jadi anak manja.
Kebiasaan itu terjadi sampai kami beranjak besar. Ketika banyak anak seumuran kami ke sekolah naek motor. Kami dengan santainya naik sepeda. Ketika anak lain minta motor ini itu yang baru dari dealer, kami cukup bersyukur ketika orang tua kami hanya membelikan motor second untuk kami. Itupun saya sudah lulus SMEA baru dibelikan. Dan kami tidak pernah protes atau iri melihat teman lain naek motor bagus-bagus. Kami tetap mensyukuri apa yang kami punya. hehe.
Pernah juga waktu kelas 1 SMP, emak sudah kerja di Arab. Waktu itu saya minta meja belajar olimpic yang harganya 100ribu. Sudah tawar menawar di toko mebel, tapi bapak saya pulang tanpa membawa apa-apa. Alasannya apa?? Bapak saya minta diskon 2 kursi plastik dan tokonya ga ngasih. Sempat geregeten juga sama bapak saya. "Bapak pelit, punya uang ga mau belikan meja olimpic". Itu yang ada dalam hati saya.
Tapi beberapa hari kemudian, paklik saya datang membawa triplek dan kayu. Lalu dibuat meja belajar panjang dan ada lemarinya 2 rak. Kata paklik saya "nach sudah jadi meja belajar khan? Panjang pisan, kalau belajar bisa bareng ga usah rebutan". Kami manggut-manggut "oh iya ya, kalau meja olimpic khan harus gantian belajarnya??". Ternyata bapak memberikan apa yang kami butuhkan, bukan apa yang kami inginkan. Dan waktu saya nikah kemarin, beliau membelikan hadiah meja rias buat saya. Hikz
Sering sekali kami (yang sering sich saya) dibiarkan nangis klesetan ketika beliau benar-benar tak punya uang untuk membeli barang yang kami inginkan. Kesannya ga peduli gitu lho. Tapi begitulah cara beliau mendidik kami. Bukan berati beliau ga menyayangi kami, melainkan untuk mendidik kami agar tidak jadi anak manja.
Kebiasaan itu terjadi sampai kami beranjak besar. Ketika banyak anak seumuran kami ke sekolah naek motor. Kami dengan santainya naik sepeda. Ketika anak lain minta motor ini itu yang baru dari dealer, kami cukup bersyukur ketika orang tua kami hanya membelikan motor second untuk kami. Itupun saya sudah lulus SMEA baru dibelikan. Dan kami tidak pernah protes atau iri melihat teman lain naek motor bagus-bagus. Kami tetap mensyukuri apa yang kami punya. hehe.
Dimanja dan disayang memang 2 kata yang hampir sama artinya tapi berbeda hasil akhirnya. Setelah kami dewasa, nampak sekali perbedaannya antara mereka yang dulu dimanja dengan kami yang seolah-olah dicuekin. Sejak kami melepas status sebagai pelajar, kami sudah bisa mencari uang jajan sendiri sampai sekarang. Anak-anak lain bisa ungkang-ungkang kaki di rumah, tapi kami belum sempat menikmati jadi pengangguran. Yach.... karena kami masih berjuang dalam menggapai impian. Kami ingin membuat orang tua bangga dan tidak sia-sia telah melahirkan kami. Kami ingin membuat beliau tersenyum dengan keberhasilan kami. Semoga tercapai. Amiiiin.
Tarry dan Enal, 2 bersaudara yang belum sempat jadi pengangguran. Meskipun emak kami kerja di luar negeri, tapi tak membuat kami jadi anak manja yang hanya bisa minta apa-apa ke orang tua. :)
Kalau yang ini jagoan kecilnya Mbak Ketty Husnia, Razan (2tahun) dan Farhan (6tahun).
Apa hubungannya postingan ini dengan jagoannya mbak Ketty?? Posting kali ini sengaja saya bikin untuk partisipasi di acara syukuran untuk merayakan ulang tahun Razan yang ke 2, tapi dibarengin dengan kakaknya yang masih 3 bulan lagi genap berusia 6 tahun. Selamat ulang tahun yach.... semoga panjang umur, cepat gede dan jadi anak yang sholeh. Amiiin
Pesan Mbak Tarry buat Razan dan Farhan, kalau orang tua tak memberi apa yang kamu minta, bukan berati beliau ga sayang kamu tapi ga ingin kamu jadi anak manja. Kalau orang tua memintamu dapat prestasi bagus baru memberi hadiah, bukan berati beliau pelit atau ga niat memberi hadiah. Melainkan beliau ingin kamu membayar harga dari sebuah hadiah dengan prestasimu. Sehingga ada kebanggaan tersendiri ketika hadiah itu kamu dapat dari hasil kerja kerasmu (belajar). Jadi harus tetap semangat dan ga boleh ngambek kalau bunda tak membelikan apa yang kamu minta. Tapi berusahalah jadi yang terbaik dihadapan orang tua, sehingga tanpa kamu mintapun orang tua akan memberi hadiah buat kamu. Bagaimana??? Siap mencoba tips dari mbak Tarry??? hehe
32 Comments
kalo kerja keluar negeri itu orang mampu yah..?
ReplyDeleteaku jadi pengen tuh. masih laku engga yah..?
Mas Rawins@ mampu hidup maksudnya xixixi. Pengen kemana nich???
ReplyDeleteIkrim@ ups, bkn keponakanku ya. . . Tp anak orang hehe. Memang kita sbg anak bisanya cm nuntut hehe
ReplyDeletehwadeuh.. give away lagi?
ReplyDelete*langsung cari ide*
ternyata ada sesuatu di balik semua! Bapak tidak membeli bukan karena tidak sayang tapi ada makna yang bisa dipetik dari situ! :)
ReplyDeletegive away ya mbak?? hehehhe **padahal udah tau, tapi belum ada ide buat ikutan***
ReplyDeletesemoga menang mbak Tarry, sepeda roda tiganya sekarang dilungsurkan ke siapa lagi???
wah hampir sama dengan apa yang kami alami waktu kecil mbak. Jadi senyum sendiri kalo ingat masa kecil kami. Tapi memang benar hasilnya baru terasa sekarang.
ReplyDeleteMbak hilsya@ hayo buruan hehe
ReplyDeleteArev@ ada rahasia dibalik rahasia xixi
Pak ies@ skrg di kampung jg kaya dikota pak. Wong hampir semua pny duit hehe
Mas jier@ kalo jaman kita dl sepertinya memang jaman susah ya, duit msh langka hehe xixi
Pak ies@ skrg di kampung jg kaya dikota pak. Wong hamp
terharu..
ReplyDeletesyukuri apa yg ada ya mba?? ;D
Memang betul, di sayang dan dimanja itu berbeda sekali. Ada sesuatu yang berlebihan yang membedakan antara keduanya.
ReplyDeleteMeilya@ ditukar rosok hihi
ReplyDeleteMas edi@ trimakasih hehe
Mbak thiya@ iya, mau minta plng jg ga dikasih hehe ya@ iya, mau minta plng jg ga dikasih hehe
salut nech sama Mbak Tarry...cepet sekali dapat idenya...aku blm dapat ide apa2 hiks....
ReplyDeletesmoga sukses dgn kontesnya....
Halaman putih@ serupa tapi tak sama ya hehe
ReplyDeleteMbak nia@ hanya kebetulan mbak. Tkt kelupaan hehe
Faizah@ mumpung blm terlanjur segera berubah. Kalo aq udah terlanjur hehe.
sharing yang bagus.
ReplyDeletebanyak sekali pesan positifnya.
semoga sukses yaa ^_^
#salam kenal sis :)
sharing yang bagus.
ReplyDeletebanyak sekali pesan positifnya.
semoga sukses yaa ^_^
#salam kenal sis :)
suka dengan postingannya :) , hohoo waktu kecil sering dibiarin nangis sampai guling ke kanan guling ke kiri ke depan dan ke belakang hehe , bukan apa yang kita inginkan tapi apa yang kita butuhkan itu yang selalu orangtua sediakan :)
ReplyDeleteSelamat ulang tahun buat adek Razan dan Farhan :)
tak selamanya keinginan kita terpenuhi itu yg juga aku dapat dari ortuku mbak. nice story. ada kontes yaaa???hohoho...
ReplyDeleteterima kasih mbak Tarry atas peran sertanya..sudah dicatat di lubuk jiwa ...ceila hehehe
ReplyDeletemengharukan!..saya juga mulai memperlakukan mereka (anank2) begitu..yah hidup selalu berputar bak roda jadi harus selalu waspada dan berlatih sejak dini menghadapi ketidakpastian..:)
Nerdina@ makasih ya hehe
ReplyDeleteArta@ kasian bngt ya, udah nangis ga di tolongin hehe
Mbak putri@ itu jaman kita dl ya mbak? Skrg mah ga ada kayaknya hehe
Mbak ketty@ memang hrs bgt, kalo dibiasakan semua serba ada, ketika ga ada pasti repot. Makasih mbak hehe
Memang ada banyak cara untuk menyayangi anak tanpa membuatnya manja. Efeknya juga dapat kita lihat ketika anak sudah beranjak dewasa, dimana didikan orang tua sangat berarti untuk membentuk karakter seseorang.
ReplyDeletenice post :)
semoga apa yang tersirat dalam tulisan mbak Tarry kali ini bisa tersampaikan dg tulus ke dalam lubuk hati (uhuy :D) sukses ya mbak ngontesnya......
ReplyDeleteMoga menang ya Mbak Tarry
ReplyDeleteSaya jg pengin jadi anak yg baik kyk Mba Tarry dan adiknya ^^
nangis klesetan tuh kayak gimana mba?
ReplyDeletengontes terus ya mba.., kayaknya lagi musim kontes nih
ilal@ iya bener bngt, orang tua jg berperan pntng dlm pembentukan karakter anaknya :)
ReplyDeleteria haya@ hayo pasti bisa hehe
pakde@ ya maklum pakd, anak ganteng dw jd ya suka over. Ga blh main bola, tp nek jd juara yo melu bangga xixi
mabruri@ banci kontes hikz, bs jd pelajaran kalo ntar pny anak sndr hehe
anony@ iyap betul
ReplyDeletenurlaila@amin, trimakasih mbak hehe
darussalam@ iya betul sekali, sadarnya kalo udah besar ya hehe
entik@ klesetan dilantai mbak hehe
moga-moga menang deh givewaynya. kayaknya mbak Tarry ini bijak banget, cara berpikirnya dalem... #sumurkali
ReplyDeletejadi terharu......
ReplyDeletememang dulu kita sering ngedumel kalau ada larangan ini itu dari ortu. Tapi setelah gede akhirnya kita paham jika semua larangan para ortu kita merupakan wujud kasih sayang ortu pada kita semua
ReplyDeletebedane dieman sama disayang opo ya mbak Tarry?
Mbak ami@ sumur kurang dalem mbak, hehe
ReplyDeleteMas eel@ walah, malu aq hehe
Mas lozz@ dieman ki ada unsur terkekangnya kalo disayang ga ada. Haha jwbn ngawur
Kisah yg inspiratif bgt, Tarry...
ReplyDeleteKasih sayang orangtua justru baru dirasa skrg ya.. Bersyukur skrg rasanya, ta
u bahwa dulu permintaan kita gak selalu dituruti...
Semoga menang, Tarry.. :-)
Kisahnya hampir mirip dengan kisah saya. Bedanya saya gak sampe nangis kalo gak dikasih apa yang saya mau..hehehehe
ReplyDeleteMoga artikel ini dibaca sama generasi muda jaman sekarang yang (saya rasa) udah kebanyakan dimanja..:D
Kadang-kadang kita baru ngerti maksudnya orang tua nggak ngebeliin tuh pas udah gede :9
ReplyDeleteAaaa mendadak kangen ibu. Padahal sih serumah :D
Terima kasih atas kunjungannya.