Meskipun saya tinggal di kampung, tapi kadang-kadang ada pengamen atau orang yang hanya menengadahkan tangan minta sedekah yang singgah di toko saya. Dan kebetulan, semuanya tidak mirip orang susah. Badannya masih sehat, ada juga yang dandannya [agak] menor bermodal "icik-icik" dari tutup botol. "Kok ga malu", kata beberapa orang yang kebetulan tahu.
Biasanya saya langsung kasih mereka recehan, dan merekapun langsung ngacir pergi meskipun lagu yang mereka bawakan baru sekata atau dua kata. Tapi ada satu pengamen yang membawa alat tradisional dari bambu yang bisa menghasilkan irama indah. Pengamen inipun memasang tarif satu lagu seribu rupiah dan bisa request lagu yang kita sukai. Tapi yang jelas tidak mengecewakan, karena setiap lagu diselesaikan dengan tuntas meskipun uangnya sudah dikasih duluan.
Karena musiknya yang enak di dengar, banyak orang yang dengan ringan tangan mengeluarkan uang lembaran [bukan recehan] agar bisa menikmati musiknya lebih lama. Tapi sayangnya pengamen ini belum tentu sebulan sekali lewat daerah saya. :).
Gambar bapak itu sempat saya ambil dengan sembunyi-sembunyi. Alatnya dari bambu, unik, sederhana tapi menghasilkan suara yang beraneka ragam. Dan duduknya di dingklik yang diikat di pinggangnya. Jadi bapak itu ga perlu repot-repot angkat dingkliknya. :)
Gambar bapak itu sempat saya ambil dengan sembunyi-sembunyi. Alatnya dari bambu, unik, sederhana tapi menghasilkan suara yang beraneka ragam. Dan duduknya di dingklik yang diikat di pinggangnya. Jadi bapak itu ga perlu repot-repot angkat dingkliknya. :)
18 Comments
kreatif ya...
ReplyDeletega sekedar meminta....
tp menjual jasa...
:)
COba ikutan imb ituh bapaknya, bisa masuk finalist tuh :D
ReplyDeletemungkin dia mengelilingi banyak tempat mbak, jadi jatahnya satu tempat satu bulan sekali :)
ReplyDeletecoba kalau direkam mba, trus masukin youtube. Upload ke blog jadi kita bisa dengerin lagunya hehe :D
ReplyDeleteYeee mbak Tary kok gak sekalian direkam jadi video sih..
ReplyDeletesebennarnya pingin juga mendengar pengamen yang bukan seperti pengamen lainnya..btw- memang saat ini sedang menjamur para pengamen atau penggemis yang menyaru jadi pengamen, bahkan ada yang berbadan sangat sehat..ternyata mengamen juga atau mungkin menggemis juga ya..tapi bukan itu persoalannya..yang jadi soal adalah sebaiknya kita melihat dengan mata hati..siapakah yang menggerakkan mereka dalam perannya sebagai pengamen atau penggemis untuk datang memohon belas kasihan pada kita ...salam Ramadhan :)
ReplyDeleteInspiratif sekaliii.. Salut buat Pak pengamen, sudah mengangkat nama baik pengamen, hehe..
ReplyDeletewah ya kalo suaranya bagus, lagu enak, pastilah kita mau kasih lebih banyak lagi
ReplyDeleteitu namanya profesional ^_-^....menuntaskan lagu dan memasang tarif walau seribu, tidak dihargai segitu sebenarnya tapi keikhlasan dan saling menghargai kondisi profesi tentunya.
ReplyDeleteaku belum pernah lihat pengamen memasang tarif mbak, tapi kalau lagu yg dimainkan enak sih puas ya
ReplyDeleteklo di tempatku ada pengamen yg justru marah kalau lagu belum selesai kita udah kasih uang....
ReplyDeleteperlu diapresiasi pengamen yang punya bakat yang kereen... :D
ReplyDeletepengamen spesial...
ReplyDeletekayak pengamen jaran dor yang biasa lewat depan kampus :)
kreatif!
Disini ada juga pengamen Tar, tapi jarang2 lah...anak2 muda gitu..cuma ngak enaknya baru nyanyi sebaik dapet duit langsung pergi.
ReplyDeleteTapi lebih baguslah mengamen , karna sudah berusaha.
Banyak pengamen yang asbun ya say. Mereka hanya modal lagu beberapa kata dan alat seadanya. Itupun kalau menerima uang dari kita gak ada expresi.
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
minta nomer hapene saja
ReplyDeletekalo pas kangen tinggal sms
sini aku mau nanggap
heheh
Kreatif dan cool tuh ..kitas sebut dia seniman jalanan
ReplyDeleteWa keren bener kalo pengamen kayak gitu... @.@
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya.