Seorang nenek penjual sapu lidi menghampiri saya kemudian menepuk pundak saya. "Masyaallah.... saiki kok maleh lemu maleh ayu, tokomu yo maleh apik", kata nenek itu sok akrab, sok kenal sambil mengelus pundak saya. Saya yang memang tidak mengenal nenek itu, jadi Ge eR dan hanya melongo sambil senyum-senyum menjawab pertanyaan-pertanyaan nenek itu.
Rupanya nenek itu sudah sangat lama tidak liwat daerah saya. Beliau nampak kaget ketika saya beritahu kalau pemilik toko yang lama sudah meninggal. "Innalillah.... lha kowe bojone anyar to nduk (kamu istri barunya ya)?", tanya nenek itu kepada saya. Kemudian saya menjelaskan cerita yang sebenarnya dan kamipun ngobrol ngalor ngidul.
Sampai akhirnya obrolan kami beralih ke sapu lidi. Nenek itu merayu saya untuk membeli sapunya. "Setunggal pinten mbah? (satu berapa mbah?)", tanya saya iseng. "5000 nduk", jawab nenek itu. Saya sempat menawar karena ikatannya kecil-kecil. "Yowes 4000 wae nduk", jawab nenek. Sayapun beli 2 dan memberikan selembar 10 ribuan tanpa minta uang kembalian.
Melihat wajahnya yang keriput saya kok jadi nyesek. Nenek setua itu masih semangat mengais rejeki. Berjalan kaki sambil menggendong sapu lidi menyusuri jalan dari satu desa ke desa lain. Sementara banyak orang yang masih muda tapi malah memilih pegang ecek-ecek atau hanya sekedar menengadahkan tangan untuk minta sedekah. "Yang penting usaha, ndak minta-minta", begitu kata nenek itu menyemangati diri.
Mendengar kata nenek itu saya jadi tersentil. Saya yang tinggal duduk manis menunggu pembeli datang kok masih suka mengeluh. Sementara nenek itu, harus berjalan kaki berkilo-kilo, kepanasan, kehujanan, itupun belum tentu ada yang beli sapunya. Berati saya jauh lebih beruntung dari nenek itu ya. Jadi jangan mengeluh dan harus tetap bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Semangat!!!!!.
Nenek penjual sapu lidi. Saya beli 2 ikat harganya 10ribu. Padahal di toko dekat rumah harganya 2ribu/ikat. Tertipukah saya?? Saya rasa tidak. :).
17 Comments
kadang nggak tega ya mbk kalo lihat nenek2 jualan di jalanan :(
ReplyDeleteSaya orangnya ga tegaan, sedangkan saya tempatnya di pinggir jalan jadi sering lihat pemandangan seperti ini. Hikz
DeleteSubhanallah.. Nenekku itu masih kuat banget ya Mbak, berjalan kaki menggendong sapu pula. semoga selalu diberi kesehatan buat si Nenek, Aamiin
ReplyDeleteAmin.... nenek itu malah nampak sehat dan nampak seperti tidak ada beban gitu lho mbak
DeleteHahhaa mbak tarry dikira istri baru yang punya toko ya.
ReplyDeleteSama mbak. Nenek saya (71) tahun juga masih jualan, tapi di kios ndak keliling
ehehe, iya. Dulu banyak yang ngira saya istri barunya pemilik lama. :)
DeleteKalau di kios khan ndak begitu capek khan? tapi kalau jalan kaki khan kasian :)
enggak tertipu :')
ReplyDeleteyang penting ihklas :')
Amin.... semoga saya selalu bisa berbuat ikhlas bukan semata-mata karena kasian :)
Deletembak aku lagi cari sapu lidi nih, si nenek jualannya gak ditempatku ya :)
ReplyDeletebund, di tempat saya malah banyak pohon kelapa lhoooo...hehe
DeleteMau dipaketin dari sini mbak Lidya? hehehe.
DeleteKalau di tempt saya sudah ndak ada pohon kelapa mbak Khusna :)
semoga rejeki melimpah untuk nenek itu...
ReplyDeleteterkadang ALLAH memberikan kita contoh dan memberi semangat dengan jalan yang tidak pernah kita duga,,,salah satunya adalah dengan kehadiran sang nenek penjual sapu lidi itu........keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
ReplyDeleteIya betul pak, tapi kadang2 kita tidak menyadarinya dan tidak bisa mengambil hikmahnya. Tetep aja mengeluh *saya sendiri ini* :)
DeleteGak apa2 mbak... yang penting ikhlas bantu nenek itu... pasti akan diganti sama Allah SWT.
ReplyDeleteRupanya itulah cara Allah untuk meningatkan mbak Tarry (dan kita semua) untuk selalu bersyukur dan tidak mudah mengeluh.
Semangat mbak...
berkunjung... dan langsung komen... ^_^
ReplyDeleteya, kehidupan orang-orang di luar sana memang mungkin lebih sulit daripada kita yang masih duduk di depan monitor masing-masing untuk blogging, so syukuri apa yg ada...
Nenek keriput saja malu minta-minta, di jalaan banyak manusia yang bregas-bregas nggak ada risinya menadahkan tangan ya Nduk
ReplyDeleteTerima kasih artikelnya yang inspiratif
Salam hangat dari Surabaya
Terima kasih atas kunjungannya.