Itik panggang atau Roasted duck atau Siu Ngap (cantonese) adalah salah satu makanan favorit saya waktu masih jadi TKW Hong Kong. Setiap libur atau makan malam dengan majikan, menu itik panggang tidak pernah ketinggalan. Selain enak dan harga terjangkau, menu ini sangat mudah didapatkan. Di pasar, supermarket, restoran kecil sampai restoran besar pasti menemukan menu favorit saya ini. Soal harga tentu beda-beda, tergantung dimana tempat makannya.
Kalau makan di food court dan sejenisnya, untuk menikmati nasi itik panggang lengkap dengan sauce + beberapa helai sawi hijau dan segelas es teh susu saya cukup bayar $30an (35ribuan). Itupun kadang nasinya ga habis, karena saking banyaknya. Boleh dibilang sangat murah dibanding masakan Indonesia seperti nasi ayam lalap yang harganya mencapai $30 belum termasuk minum dan nasinya cuma seuprit (biasanya saya malah nambah lagi).
Ya namanya juga di Hong Kong, masakan atau barang Indonesia pasti jauh lebih mahal karena (katanya) bumbu-bumbunya dikirim langsung dari indonesia. Tapi namanya hidup di negeri orang, pasti rindu masakan Indonesia, jadi berapapun harganya pasti akan di terjang.
Setelah saya di Indonesia, keadaan berbalik. Saya bisa menikmati makanan Indonesia sepuasnya dan saya rindu makanan Hong Kong terutama itik panggang ini.
Kebetulan lebaran kemarin adik pulang kampung dan mengajak kami nyobain Itik Emas restoran di jalan Wuni. Adik tahu tempat itu dari bbm atau apa gitu. Yang katanya lagi promo diskon 20% (kalau ga salah).
Habis jalan-jalan di Sri Ratu Madiun, kami menuju jalan Wuni no 6. Memang bukan dekat jalan raya sich tapi tidak sulit untuk menemukannya. Kami sempat heran, parkiran yang lumayan luas itu penuh dengan mobil-mobil bagus. Saya mikir, pasti ini restoran mahal dan sepertinya saya malu kalau kesana naik motor.
Dan begitu masuk, kami disambut ramah oleh seorang pemuda yang bajunya beda dengan yang lain (mungkin supervisornya), kemudian diantar ke kursi yang kosong. Setelah duduk langsung diberi daftar menu.
Meskipun yang makan disana kebanyakan bermata sipit, modis, keren, cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tapi tidak ada diskriminasi dalam melayani kami yang agak kumut-kumut ini. Tetep ramah ketika kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar menu.
Yang pertama kali kami tanyakan adalah menunya halal atau tidak. Kata mas nya HALAL, ya sudah akhirnya kami pesan 6 jenis makanan yang berbeda. Sebenarnya ada banyak pilihan menu selain itik panggang tapi kami tetap pesan menu yang tak jauh dari itik panggang. Ada nasi itik panggang, nasi goreng, dll ndak tahu namanya karena saya sibuk pegang Alfi yang usil pegang-pegang barang di belakangnya.
Kalau makan di food court dan sejenisnya, untuk menikmati nasi itik panggang lengkap dengan sauce + beberapa helai sawi hijau dan segelas es teh susu saya cukup bayar $30an (35ribuan). Itupun kadang nasinya ga habis, karena saking banyaknya. Boleh dibilang sangat murah dibanding masakan Indonesia seperti nasi ayam lalap yang harganya mencapai $30 belum termasuk minum dan nasinya cuma seuprit (biasanya saya malah nambah lagi).
Ya namanya juga di Hong Kong, masakan atau barang Indonesia pasti jauh lebih mahal karena (katanya) bumbu-bumbunya dikirim langsung dari indonesia. Tapi namanya hidup di negeri orang, pasti rindu masakan Indonesia, jadi berapapun harganya pasti akan di terjang.
Setelah saya di Indonesia, keadaan berbalik. Saya bisa menikmati makanan Indonesia sepuasnya dan saya rindu makanan Hong Kong terutama itik panggang ini.
Kebetulan lebaran kemarin adik pulang kampung dan mengajak kami nyobain Itik Emas restoran di jalan Wuni. Adik tahu tempat itu dari bbm atau apa gitu. Yang katanya lagi promo diskon 20% (kalau ga salah).
Habis jalan-jalan di Sri Ratu Madiun, kami menuju jalan Wuni no 6. Memang bukan dekat jalan raya sich tapi tidak sulit untuk menemukannya. Kami sempat heran, parkiran yang lumayan luas itu penuh dengan mobil-mobil bagus. Saya mikir, pasti ini restoran mahal dan sepertinya saya malu kalau kesana naik motor.
Dan begitu masuk, kami disambut ramah oleh seorang pemuda yang bajunya beda dengan yang lain (mungkin supervisornya), kemudian diantar ke kursi yang kosong. Setelah duduk langsung diberi daftar menu.
Meskipun yang makan disana kebanyakan bermata sipit, modis, keren, cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tapi tidak ada diskriminasi dalam melayani kami yang agak kumut-kumut ini. Tetep ramah ketika kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar menu.
Yang pertama kali kami tanyakan adalah menunya halal atau tidak. Kata mas nya HALAL, ya sudah akhirnya kami pesan 6 jenis makanan yang berbeda. Sebenarnya ada banyak pilihan menu selain itik panggang tapi kami tetap pesan menu yang tak jauh dari itik panggang. Ada nasi itik panggang, nasi goreng, dll ndak tahu namanya karena saya sibuk pegang Alfi yang usil pegang-pegang barang di belakangnya.
Menu andalan itik panggang. Salah satu paket menu pesanan kami. Gambar dari @itikemasresto
Ada dim sum. Gambar dari @itikemasresto
Suasananya mirip restauran di Hong Kong. (dok. pribadi).
Promo special di hari ulang tahun. Gambar dari @itikemasresto
Narsis dulu biar ga dibilang hoax. (dok. pribadi)
Jiwa blogger ini sebenarnya bikin saya pingin jeprat jepret menu pesanan dll tapi apalah daya, si Alfi mulai rewel karena sudah mulai ngantuk. Jadi beberapa foto saya ambil dari twitternya Itik emas resto.
Soal rasa itik panggangnya tak jauh beda dengan yang di Hong Kong. Saya benar-benar bisa bernostalgia karena suasana restoran sama seperti restoran di Hong Kong. Tempatnya juga luas, bisa buat pertemuan keluarga, kumpul bareng teman, atau sekedar makan berdua dengan pasangan.
Sedangkan harga, kami ber 5 tidak sampai 300ribu. Kata adik ipar saya (karena dia yang traktir) sesuailah dengan rasa dan pelayanannya yang ramah.
Tapi ada hal yang agak mengganggu waktu itu, nasi kurang mateng. Ketika kami komplin, sama mas nya langsung diganti, setelah diganti eh masih mentah lagi. Sama masnya di ganti lagi disertai permintaan maaf atas ketidaknyamanannya. Kalau pelayanannya ramah gitu ya seneng dan ga jadi kesel donk.
Semoga kapan-kapan bisa kesana lagi, dan pas ada promo. Biar lebih irit. :)
ITIK EMAS FAMILY RESTAURANT
ALamat : Jalan Wuni, no :6, Madiun
Buka : Jam 10.00-22.00 WIB
Telp. 0351 452437 & 0351 2810101
Jalan Mayjen Sutoyo No. 59 (Kampung Kali) Semarang
Telp. (024) 8317325
Twitter : @itikemasresto
Instagram : @itikemasresto
13 Comments
kurang sambel kayaknya mb
ReplyDeleteBiasanya cuma pakai sauce makannya. Asin manis gitu
Deleteyang mana aja yg enak tapi ditraktir kan ya mba hehehe
ReplyDeleteIya betul itu Mbak ehehe
Deleteenyak enyak enyaaakkkk
ReplyDeleteEnak di perut ndak enak di kantong haha
Deletehiyya...nasinya kurang mateng :(
ReplyDeleteIya mungkin masaknya di magic com jadi matengnya ndak merata Mbak
DeleteItiknya kurang banyak mbak porsinya kalo buat aku mah, hehe
ReplyDeleteKurang banyak bisa pesan 1 ekor Mbak. Lebih puas makannya :)
DeleteItik = menthok ya mbak..? Atau bebek? Aku kok bingung yo dua hewan itu. Soalnya yang bnyak di jual / di makan biasanya bebek.. Aku blm pernah mkn itik sepertinya...
ReplyDeleteBebek sama itik hampir sama Mbak,bedanya itik dimanfaatkan telurnya, Bebek dimanfaatkan dagingnya (kata wiki) yang banyak dijual emang Bebek ya :)
ReplyDeleteUdah lama ga makan daging bebek/itik. Tekstur dagingnya lembut. Tapi kalau ga bisa ngolahnya emang bisa ga enak jadinya. Wih, itu bukannya daging bebek/itik lebih mahal dari daging ayam? Di Hongkong bisa kebalik, ya?
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya.