Hamil, dilarang membangun rumah nanti pengeluarannya banyak, begitu kata orang-orang di daerah saya. Secara logika, yang namanya bangun rumah sudah pasti banyak pengeluaran. Kemudian ditambah anak lahir juga butuh biaya yang tidak sedikit. Karena kalau di kampung itu bayi lahir ada acara sepasaran (5 hari), selapanan (35 hari), piton-piton (7 bulan), 12 lapan (2 tahun kurang dikit), kalau mampu ya Aqiqoh sekalian. Jadi tak ada yang salah ya dengan kata-kata orang tersebut.
Tapi namanya di kampung, hal itu sudah terlanjur dipercayai sebagai mitos, kalau dilanggar maka akan mendapat halangan. Makanya ada tetangga saya menunda bikin rumah sampai 2 kali, karena hamil 2x dalam 2 tahun. Sedangkan yang nekad bangun rumah, jelalah ada saja halangannya.
Seperti yang dialami kakak keponakan saya. Padahal tahu kalau sedang hamil, tapi acara membangun rumah tetap dilanjutkan karena sudah ditentukan harinya. Dan hasilnya, ketika melahirkan harus melalui operasi caesar yang sudah pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena jaman itu belum ada jaminan kesehatan seperti sekarang ini.
Setelah bayi lahir, kebetulan kok ya sakit-sakitan dan sering keluar masuk rumah sakit. Sedangkan hutang pada saat operasi caesar saja belum lunas. Akhirnya dengan terpaksa, sawahpun dijual untuk membayar hutang. "Jangan hamil dulu kalau mau bangun rumah, nanti seperti aku", begitu pesan kakak keponakan kepada saya.
Kemudian ada lagi yang anaknya terlahir (sangat) tidak sempurna fisiknya. Konon katanya karena bikin rumah itu identik dengan potong-potong kayu dan juga pukul-pukul paku sehingga berpengaruh dengan bayi dalam rahim. Yang ini mustahil banget kayaknya, tapi namanya orang kampung ya gitu dech, suka menghubung-hubungkan sesuatu dengan mitos. Tapi Allah sayang sama bayi itu, sehingga mengambilnya kembali setelah beberapa saat lahir ke dunia.
Kalau kata emak sich, ada solusinya. Tidak perlu menunda pembangunan rumah, karena kalau di tunda-tunda kadang budget yang seharusnya buat bangun rumah lama-lama bisa habis tanpa terasa. Jadi, tetap lanjutkan saja, tapi yang punya niat bikin rumah jangan kita, melainkan orang tua kita. Kelihatannya sepele ya, hanya merubah niat aja, sedangkan biaya tetep dari kita.
Lalu, kalau saya menunda kehamilan, apakah karena percaya mitos tersebut? Bisa iya bisa juga tidak. Tapi yang jelas, uang kami buat bangun rumah pas-pasan. Kalau saya hamil, bisa-bisa uang buat beli genteng kepakai buat biaya melahirkan. Jadi tak ada salahnya toh menunda kehamilan sekalian nunggu Alfi siap dulu.
Bagaimana di daerah anda? Apakah ada yang percaya dengan mitos hamil dilarang membangun rumah? *ya iyalah dilarang, yang bangun rumah mah, tukang bangunan, bukan ibu hamil kali* :)
11 Comments
Woh qu baru tahu loh Mak, di tempatqu si ga ada beredar itu mak. Kali siy memang kalau hamil kan sapa yg tau takutnya caesar atau gimana makanya orang biasa siapin uang buat biaya lahiran dlu. hehehe...
ReplyDeleteTapi sekarang ada BPJS, jadi ga terlalu berat kayak jaman dulu :)
Deletebaru denger ini mba hihihi. disini juga masih percaya mitos2, saya sih biasanya cuma senyum aja kalo dibilang jangan gini gitu :
ReplyDeleteYang penting ambil yang baik aja kali ya, lha wong larangannya banyak bingit je :)
DeletePemikiran kolektif yang unik, Mbak, sayangnya, pikiran semacam ini biasanya diijabah. Jadi bukan mitosnya yang benar, tetapi doanya yg berjamaah sehingga terjadilah.
ReplyDeletemenurutku lho ya.... krn di sini juga ada beberapa mitos yg sulit diakal. Kebetulan saya sudah terlanjur disebut wong Jakarta (sebutan untuk mereka yang dianggap hidup ala kota - kadang berarti sindiran org desa yg hidup ala kota) sehingga dianggap kebal terhadap mitos. hehehe....
Betul itu Mbak,
DeleteKalau ada yang beda dianggap sok ya, ntar kalau kejadian rame2 pada nyukurin. Begitulah orang kampung :)
perayaannya banyak ya mbak. kalo di jogja dulu cuma selapanan.itu pun yang mau nyelapanin.
ReplyDeletega ada mitos itu mbak. tapi kalo ibu saya bilang kalo bangun rumah jangan berhenti di pondasi thok. harus lanjut sampe genteng meski belum dilepo ga papa. pokoknya berdiri dan bisa dipakai berteduh. iya sih kalo berhenti di pondasi thok trus jeda biasanya njuk awang-awangen mau nerusin. lha duitnya banyak.
ada juga pesan ibu kalo bangun rumah jangan bikin pagar buminya dulu. biasanya berhenti di situ. udah. malah jadi kayak kuburan. iya sih, soalnya kalo mager duluan repot mbangunnya.
btw, selamat mbangun rumah ya mbak. semoga lancar, sukses dan segera bisa ditempati. aaamiiin.
Iya disini punya bayi banyak perayaannya dan ciri khasnya iwel2 Mbak
DeleteKalau yang saya tahu, kalau bangun pondasi doank biasanya rumah tangga bubar atau halangan lainnya yang ujung2nya pondasi nganggur. Tapi tiap daerah punya kepercayaan masing2 ya Mbak :)
di saerah kami juga masih banyak mitos-mitos yang beredar Mbak Tarry :)
ReplyDeletetapi semua tergantung kita sih mau percaya atau tidak, tapi sebenarnya dibalik setiap mitos itu pasti ada tujuan yang baik :)
Iya Mbak, asal tidak cenderung syirik aja biasanya saya manut :)
DeleteHeee... baru denger yang mitos ini.
ReplyDeleteNyengir baca kalimat terakhir =))
Terima kasih atas kunjungannya.