25 Januari 2016, Adek ipar saya mengirimkan foto melalui whatshap. Sebuah foto rumah yang porak poranda, seperti habis terkena angin puting beliung. Tidak ada sepatah katapun yang menjelaskan itu rumah siapa dan kenapa seperti itu?. Apakah itu rumah adek? Entahlah, wong saya sendiri belum pernah melihat langsung rumah baru adek seperti apa. Hanya emak saja, yang sudah pernah kesana. Tapi entah kenapa, pikiran saya kok tidak enak. Sehingga saya segera menelpon adek ipar.
Foto kiriman adek ipar |
Tapi di seberang sana hanya menjawab "hallo, hallo" saja. Sepertinya suara saya tidak jelas, sampai saya mengulang beberapa kali.
"Bukan, ini kakaknya. Rumah dede ambruk", kata yang diseberang sana.
"Apa?, ambruk?, gimana keadaan ade?", tanya saya bertubi-tubi.
"Dedenya masih pingsan lihat rumahnya ambruk, ga bisa ditanyain ini. Jainalnya bersihin rumah dibantuin sama warga", jawab yang disana, kemudian menjelaskan sedikit bagaimana kejadiannya.
Mendengar kabar tersebut, saya langsung linglung, tak berdaya sampai mau berdiri dari kursi saja tidak sanggup. Adek yang seorang arsitek, yang telah membangun banyak rumah untuk orang lain, rumahnya sendiri bisa ambruk? Padahal belum ada 2 tahun rumahnya berdiri, padahal baru saja selesai di plafon rapi, padahal saya belum pernah melihatnya, padahal.... argggghhhhh....
Semua barang rusak, kecuali motor dan kamera DSLR yang baru aja beli. |
Sungguh saya tidak percaya, tapi begitulah kenyataannya. Rasanya dada saya begitu sesak, karena harus menahan air mata, agar tidak tumpah di depan emak. Emak punya penyakit darah tinggi, belum lama emak sempat pingsan dan seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Kalau beliau mendengar kabar ini, pasti akan syok dan takutnya tensi emak naik lagi. Saya takut emak kenapa-kenapa.
Wajah bahagia emak saat datang ke Tangerang untuk melihat rumah baru dan menghadiri wisuda adek. (Desember 2014) |
Saya sempat berdiskusi sama suami dan juga adek, bagaimana baiknya. Dan akhirnya kami memutuskan untuk merahasiakan berita ini, demi kesehatan emak."Nanti kalau rumah sudah di bangun lagi, baru emak di kasih tahu", begitu rencana kami.
Karena emak tidak boleh tahu, maka kami pun harus merahasiakan musibah ini dari semua keluarga di Madiun. Sungguh ini sangat berat buat saya. Rasanya saya seperti menyimpan sebuah bom yang siap meledak kapan saja dan dimana saja.
Saat hanya berdua dengan suami, saya menangis sejadi-jadinya. Saya tahu air mata saya tidak bisa mengembalikan semuanya, tapi dengan menangis setidaknya bisa mengurangi beban yang tersimpan dalam dada. "Menangislah, biar lega. Namanya juga saudara kena musibah. Tapi jangan berlarut-larut dalam kesedihan, semua sudah terjadi. Percuma kalau disesali. Kasih support ke adek biar kuat menghadapi ini semua", kata suami sambil memeluk saya.
Musibah ini menjadi pukulan berat untuk keluarga adek. Mengingat perjalanan hidup mereka tadinya mulus-mulus saja. Berkah demi berkah mereka dapatkan setelah pernikahan, lulus kuliah, bisa bikin rumah, dan masih banyak lagi. Ibaratnya, habis diangkat setinggi-tingginya, kemudian dihempaskan begitu saja sampai titik paling rendah. Sakit banget pastinya, apalagi ada yang bilang "rumah pak arsitek kok ambruk?"
Tapi kami harus bersyukur, karena tidak ada korban jiwa, semuanya sedang kerja. Dan alhamdulillah adek mempunyai keluarga yang sangat peduli. Semua memberi support agar adek ikhlas dan kuat menghadapi musibah ini, serta memberi bantuan materi agar rumah adek bisa berdiri lagi. "Bagaimanapun juga, rumah harus berdiri lagi pakai batu bata, pakai kayu biar kuat", begitu kata keluarga.
Beberapa hari pasca ambruk, ada saudara yang menyumbang batu bata. |
Sebenarnya nyesek juga karena lagi-lagi keluarga madiun tidak bisa membantu apa-apa selain do'a. Emak tidak punya apa-apa, sedangkan saya juga sedang mempersiapkan pembangunan rumah saya sendiri. Tapi ya sudahlah...
Saat pembangunan rumah sedang berlangsung, adek menelpon emak. Saya mendengar emak ngobrol sambil ketawa-ketawa. "Iya, emak bisanya cuma mendo'akan. Ga bisa bantu apa-apa", itu kata-kata yang saya dengar saat emak sedang telpon.
Dan setelah selesai telpon, emak cerita "Rumah adekmu mau diganti gentengnya. Emang genteng yang itu keberatan. Sama mamake (mertua adek) suruh ganti dari dulu, takutnya ambruk", emak bercerita panjang lebar. Mendengar emak bercerita, saya sedih sekaligus pingin ketawa. "Iya sekarang rumah adek sudah ambruk, sekarang dibangun ulang mak", pingin jawab begitu tapi ga jadi.
Dan setelah selesai telpon, emak cerita "Rumah adekmu mau diganti gentengnya. Emang genteng yang itu keberatan. Sama mamake (mertua adek) suruh ganti dari dulu, takutnya ambruk", emak bercerita panjang lebar. Mendengar emak bercerita, saya sedih sekaligus pingin ketawa. "Iya sekarang rumah adek sudah ambruk, sekarang dibangun ulang mak", pingin jawab begitu tapi ga jadi.
Adek ipar udah bisa tersenyum dan selfi sama pak tukang setelah syook beberapa lama. |
Selama pembangunan rumah, adek ipar selalu menginformasikan sampai mana pengerjaannya. Sampai akhirnya pembangunan sudah mencapai 90%, saya menunjukkan foto-foto sudut rumah adek kepada emak. "Loh kok ganti? Kok beda sama yang dulu", tanya emak keheranan. "Mak, sebenarnya rumah adek ambruk. Tapi emak ga usah mikir, ga usah sedih. Sekarang rumahnya sudah dibangun lagi, lebih kuat, lebih bagus", saya menjelaskan yang sebenarnya terjadi dengan rumah adek.
Emak berkaca-kaca, tapi saya berusaha meyakinkan emak kalau semua baik-baik saja. Mungkin emak berusaha untuk tidak menangis, sehingga suara emak terdengar bergetar. Sungguh saya tidak tega, tapi saya lega, telah membuka rahasia yang saya simpan sekian lama tanpa membuat emak syok. Alhamdulillah, emak baik-baik saja.
Sekarang, setelah rumah adek rapi lagi dan sudah tidak ada rahasia-rahasiaan lagi sama emak, kami bisa bilang "rumah pak arsitek kok ambruk?", di sertai emotion ngakak. Aneh dan lucu aja rasanya. Tapi saya percaya, kalau adek tetap seorang arsitek hebat. Buktinya desain rumah saya adek yang bikin, banyak yang bilang bagus dan kuat kok. (memuji adek sendiri).
Semoga kedepannya kami bisa semakin bijak dalam mengambil keputusan ketika dihadapkan pada sebuah dilema. Dan semoga kami bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Bisa membuat kami mawas diri, semakin bersyukur, semakin dikuatkan cinta mereka, dan semakin meyakinkan kami kalau Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya.
Sekarang, setelah rumah adek rapi lagi dan sudah tidak ada rahasia-rahasiaan lagi sama emak, kami bisa bilang "rumah pak arsitek kok ambruk?", di sertai emotion ngakak. Aneh dan lucu aja rasanya. Tapi saya percaya, kalau adek tetap seorang arsitek hebat. Buktinya desain rumah saya adek yang bikin, banyak yang bilang bagus dan kuat kok. (memuji adek sendiri).
Semoga kedepannya kami bisa semakin bijak dalam mengambil keputusan ketika dihadapkan pada sebuah dilema. Dan semoga kami bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Bisa membuat kami mawas diri, semakin bersyukur, semakin dikuatkan cinta mereka, dan semakin meyakinkan kami kalau Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya.
42 Comments
Ngelihatnya aja sedih banget,g kebayanh rumah ambruk. Alhamdulillah sekarang udah bagus lagi ya mbak^^
ReplyDeleteRasanya campur aduk pokoknya Mbak, alhamdulillah sekarang udah berdiri lagi kayak ga terjadi apa2 :)
DeleteUntung ngga ada yg terluka ya mbak?
ReplyDeleteAlhamdulillah ga ada Mbak, padahal beberapa menit sebelumnya emak mertua datang ambil cucian
DeleteAstagaaaaa.....Duhh semoga adik Mbak Tarry diberi banyak rejeki aminnn
ReplyDeleteAmin... Si adek ipar malah kena pHK sih Mbak tapi pasti ada rejeki dari arah lain :)
DeleteYa Allah, semoga yang kena musibah diberi ketabahan. Amiin
ReplyDeleteAmin... Terima kasih Mas didik
DeleteTurut berduka atas musibahnya. Tapi alhamdulillah kalau sekarang ternyata rumahnya sudah dibangun lagi. Pasti ada hikmah di balik kejadian tersebut, Mbak.
ReplyDeleteIya alhamdulillah begitu ambruk lsngsung dibangun lagi mbak
DeleteWaduh. Semoga segera bisa diperbaiki. Mudah2an ngga trauma ya kak. Semoga rumahnya berdiri lebih besar dan kokoh lagi
ReplyDeleteUdah berdiri lagi Mas, lebih kuat karena trauma bakal kejadian lagi
Deletemasih jadi misteri.. kok bisa ambruk mbak?? bukankah biasanya pengawasan dilakukan sendiri??
ReplyDeleteNah itu masalahnya, waktu pembangunan tidak bisa mengawasi karna kerja semua
Deletesedih banget klo gini caranya. kayanya emang tidak direstui membangun rumah disana
ReplyDeleteSemua merestui tapi emang belum rejeki Kali
DeleteAlhamdulillah Kak, rumahnya sudah bagus lagi. Memang sih kalau ada masalah, rasanya tu nggak enak kalau ngomong ke orang tua. Maunya mah kita sendiri aja yang nuntaskan masalah kita sendiri.
ReplyDeleteIya betul, apalagi kalau orang tua sakit. Takutnya jadi kepikiran
DeleteUntung orang2nya selamet ya, Mbak....
ReplyDeleteSedih jg dengernya. Semoga selalu kuat dan rejeki buat perbaiki rumah ada
aduh kebayang deh perasaan mba tarry waktu itu, memang sangat dilematis ya. cocok banget kayaknya dengan peribaha buah simalakama itu.. mudah2an rumah adek arsiteknya jadi lebih baik dari sebelumnya ya mba.
ReplyDeleteJadi, penyebab ambruknya kenapa, mbak?
ReplyDeleteAlhamdulillah dibalik kesusahan ada kemudahan, dan yang 'diambil' sudah diganti dg yg lebih baik ya mbak :')
Astaga, kok bisa begitu? Karena angin kuat kah? atau ada pondasinya yang kurang kokoh?
ReplyDeleteTapi syukurlah, tidak ada korban di musibah ini. Semoga senantiasa diganti dengan rezeki yang lebih baik.
Btw, rapih banget ini nulisnya, ga nyangka ini untuk diperlombakan. Keren.
wahhh,
ReplyDeletepondasi untuk gentengnya kurang kuat. harusnya kalo gentengnya berat jangan pake kayu, tapi pake apa ya namanya besi tapi bukan besi :(
tapi sedih sih ini,
semoga cepat selesai bisa layak ya tinggal ya mbak.
turut berduka :(
Semoga dimudahkan rejekinya utk Bangun rumah (tangga, halah) yang lebih kuat ya mba :)
ReplyDeleteTurut bersedih rumah adeknya ambruk, tapi alhamdulillah selamat semua ya. Semoga diganti yang lebih baik sama Allah buat bangun rumah yg lebih kokoh aamiin :)
ReplyDeleteSemoga cepat diganti dgn rumah yg baru
ReplyDeleteSemoga cepat diganti dgn rumah yg baru
ReplyDeleteYang penting penghuninya selamat ya Mba.. Nanti pasti ada rejeki pelan2 untuk bangun rumah lagi.
ReplyDeleteini bacanya sambil nggregel. duh.
ReplyDeleteturut berduka ya mbak,
banyak hal yg bs diambil dr kisah ini, :')
semangat buat adeknya ya. insyaallah rumah barunya lebih kuat dan kokoh. aamiin.
tadi awal baca kirain gak bener-bener ambruk, cuma rumah yang didisain kayak ambruk. secara kan yang punya arsitek, eh rupanya emang beneran ambruk.
ReplyDeletealhamdulillah ya mba tarry akhirnya bisa plong juga kebayang sedihnya harus nyembunyiin musibah dari orang tua sendiri, mudah-mudahan rumah adeknya yang sekarang lebih kuat ya mba
ReplyDeleteAlhamdulillah rumahnya sudah dibangun kembali ya, Mbak. Semoga rumahnya bakal kuat selalu.
ReplyDeletePukulan berat bagi seorang pekerja profesional seperti ini.
ReplyDeleteSemoga Allah menggantikan dengan keberkahan berlipat.
Aamiin.
*suami saya jg arsitek, mba Tarry.
Dan membayangkan rumah sendiri yg ambruk, mashaallah...luarbiasa sedihnya.
medeni ya mbak. alhamdulillaah ga ada korban jiwa.
ReplyDeletejadi ingat pas gempa kl lihat fotonya.
Ya Allah Mbak, sedih bacanya. Alhamdulillah nggak ada korban ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah adik iparnya bisa ceria lagi
ReplyDeletesemua itu cobaan ya, alhamdulillah mereka berdua tabah dan akhirnya rumah bisa dibangun lagi..
ReplyDeletetapi emak nggak marah kan nggak dikasih tau ambruknya?
wah susah juga ya gak beritahu ibu, bohong juga jadi gak enak hati
ReplyDeleteHiks hiks ... Kakak yang sangat sayaaang sama adeknya ya... Saluuut
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah berdiri lagi ya Mba rumahnya dan enggak ada yg luka, mudah2an rumah yg skrg aman Aamiin
ReplyDeletealhamdulillah sekarang udah dibangun lagi yah Mba Tarry, sungguh sebuah ujian buat adik Mba Tarry dan keluarga.
ReplyDeletemenyimpan rahasia dari orang yang kita hormati memang berat banget Mba, kalo saya ada di posisi Mba Tarry mungkin sudah keceplosan
Aslinya aku penasaran, kok bisa ambruk? Puting beliung? Atau konstruksi yang tak sesuai prosedur?
ReplyDeleteTapi untunglah..sudah tertangani dengan baik
Terima kasih atas kunjungannya.