Tentang THR (Tunjangan Hari Raya), menjelang lebaran gini jadi trending topic kali ya. Yang karyawan atau pegawai menanti THR cair, yang punya usaha pada mempersiapkan THR untuk para pekerjanya.
Tak mau kalah, toko-toko kelontong juga menyediakan THR untuk para pelanggannya meskipun hanya wajan atau perabot rumah tangga lainnya sesuai dengan loyalitas pelanggannya dalam belanja.
Selain mereka, para orang tua atau bagi yang sudah menikah seperti saya, juga mempersiapkan uang receh untuk berbagi THR dengan anak-anak.
Tradisi berbagi THR ini tidak hanya waktu lebaran saja, tapi selama Ramadan sudah dimulai. Biasanya anak-anak disuruh orang tuanya untuk mengantarkan bingkisan berupa sembako atau makanan kepada saudara yang lebih tua, kemudian anak-anak ini akan diberi THR.
Nominalnya pun bervariasi tergantung kemampuan orang yang diberi bingkisan, ada yang 5ribu, 10ribu atau 20ribu. Maka tak heran, kalau anak-anak nendadak punya banyak duit saat menjelang lebaran seperti ini.
Yang anaknya belum faham duit, berbahagialah emaknya karena akan jadi pengepul THR anaknya dan bisa mengelola atau malah menggunakan untuk keperluan lebaran emaknya. Bagi anaknya yang sudah faham, jangan harap emak-emak bisa mengusiknya.
Seperti halnya saya yang tahun ini sudah ga bisa memegang kendali uang THR Alfi karena anaknya sudah mengerti. Jangankan mau dipakai, mau ditukar saja ga boleh. "Uangnya banyak masak mau ditukar jadi sedikit?", begitu katanya.
Meskipun begitu, sebagai orang tua tetap harus mengarahkan agar uang THR anak tidak habis untuk membeli sesuatu yang tidak bermanfaat.
Kalau Alfi sendiri rencananya uang THR buat beli sepeda dan keperluan mau masuk MI tahun ini. Jadi, meskipun tidak bisa memakai uang THR Alfi, ujung-ujungnya emaknya tetap untung kok. Karena ga perlu mikir keperluan Alfi masuk sekolah sama beli sepeda. Iya to...:)
1 Comments
cerita yang sangat menginspirasi...
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya.