Puasa tahun ini dipaksa untuk di rumah saja karena berapa minggu ini, kondisi bapak mertua tidak memungkinkan untuk ditinggal berlama-lama. Dengan kondisi yang sekarang ini, berbagai kekhawatiran muncul sehingga memilih mengabaikan segala keinginan ngabuburitlah, belanja-belanjalah atau apalah untuk menjaga beliau secara bergantian kalau kebetulan ada yang harus dikerjakan di luar rumah.
Kami para orang tua sih biasa aja dengan keadaan ini, tapi tidak begitu dengan Mbak Alfi yang tahun ini untuk ke 3 kalinya belajar puasa full. Dia masih suka rewel, karena tidak bisa ngabuburit bareng bapak ibuk seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Ayo, buk jalan-jalan", rengeknya setiap saat bahkan sebelum bulan puasa.
" Sabar, Mbak", jawab saya menenangkan.
"Sabar, sabar, sampai kapan?", katanya lagi sambil berlalu, memonyongkan bibirnya dan menghentakkan ke dua kakinya.
Tetaplah bahagia dengan cara yang berbeda. |
Ah nak, ingin rasanya ibumu ini menjawab, "Saat kita bisa jalan-jalan dengan bebas seperti dulu, mungkin kita sudah kehilangan raga renta itu". Tapi kata-kata itu tidak keluar, dan hanya bisa menjawab semampunya serta mengabaikan rengekannya.
Sabar ya mbak, mari kita nikmati setiap momen yang masih tersisa sambil terus berdo'a semoga kita diberi waktu untuk menikmati kebersamaan lebih lama, mbah Nanang disehatkan kembali seperti dulu agar kita bisa melakukan kegiatan tanpa perlu kekhawatiran.
Tahun ini, biarlah puasa di rumah aja, dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sambil menjaga embah. Insyaallah, bisa menjadi ladang pahala buat kita sekeluarga, bahagia dunia akhirat. Amin.
0 Comments
Terima kasih atas kunjungannya.